Mengenai Saya

Foto saya
Makassar, Indonesia
if u wanna know further more 'bout me ,just join this part...

WELCOME !!!

"Thank u So Much 4 JoininG This Page....."
***owned by : sakuranohana***

Selasa, 07 Juli 2009

JANGAN SALAH MENENTUKAN PILIHAN...!!!!

Diera kemajuan teknologi orang semakin menuntut kemudahan dan ingin serba instans,
bahkan bila dicermati secara seksama ternyata soal-soal di dalam setiap ujian itu adalah
dengan sistim pilihan ganda, atau multiple chois sehingga bagi orang yang tidak mau
berjuang keras akan memilih untung-untungan milang kancing padahal bila salah
memilih akan berakibat patal. Memang dengan membuat soal multiple chois itu
memudahkan untuk pemeriksaan dan mempercepat pengumuman hasil pemeriksaan
karena bisa menggunakan alat computer, celakanya bila pinsil yang digunakan kurang
terditek oleh computer bisa-bisa ada orang yang dirugikan.
Ternyata memilih juga sulit apalagi menciptakan, bahkan semakin hari semakin banyak
orang yang tidak tahu bahwa dirinya memang tidak tahu, masih mending kalau orang
yang tau dirinya tidak tau pasti akan berupaya mencari tahu, tapi kalau orang yang
dirinya tidak tahu bahwa dirinya tahu mungkin akan salah dalam menentukan pilihan.
Sebagia ilustrasi mari kita lihat perkembangan minat masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan, semakin hari semakin tinggi, dilain pihak banyak orang yang berteriak bahwa
biaya pendidikan itu mahal,lantas dua kepentingan itu saling tarik ulur disatu pihak
masyarakat memerlukan pendidikan, dilain pihak penyelenggara pendidikan dituntut
untuk meningkatkan kualitas yang dilengkapi dengan sarana prasarana yang sesuai
dengan standard nasional atau standard internasional, sehingga berimplikasi pada biaya
penyelenggaraan pendidikan.
Masalah lain wajib belajar pendidikan semakin digelorakan dan tidak bisa ditawar-tawar
lagi karena hal ini merupakan salah satu idikator daya ungkit IPM yang dipersyaratakan
oleh UNDP, bila tidak maka alumni pendidikan dasar atau pendidikan menengah hanya
akan menempati pada tataran low labor di pasaran tenaga regional ataupun internasional.
Bahkan untuk pegawai negeri saja dalam setiap angkatan dipersyaratkan S1 atau minimal
D3.
Kemudian mari kita observasi bagaimana gengsi masyarakat dari hari kehari semakin
tinggi, bahkan kebiasaan konsumerisme semakin hari semakin nampak, boleh dikata
semakin hari semakin tidak tahu bahwa dirinya bersikap konsumerisme dan tidak tahu
akibar dari sikap konsumerisme nya itu,bahkan dengan semakin banyaknya pilihan orang
semakin sulit menentukan pilihan yang paling prioritas. Hal ini diakibatkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan menentukan alternatif padahal bagi orang
islam harus memahami bahwa wahadaina hunnaj dain dan ketahuilah Allah telah
memberikan dua petunjuk hal ini harus dipilih mau jalan yang baik atau mau jalan yang
sesat.
Agar kebodohan itu bisa diperangi, maka pemerintah telah menentukan pilihan kepada
masyarakat, yaitu pendidikan formal yang diselenggalakan di sekolah dan pendidikan non
formal yang diselenggarakan di luar sekolah, ternyata output dari kedua lembaga itu
dipersamakan untuk tumbuh dan berkembang mengisi dan menikmati alam kemerdekaan
ini dengan kreasi, kereatifitas dan karya nyata. Ada yang mengembangkankan ilmu dan
ada yang meneliti ilmu ada yang mempraktekan ilmu dengan ilmu terapan yang
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Dua pilihan itu kadang-kadang dibuat dua dikotomi, sehingga satu sama lain kurang
saling melengkapi, padahal pendidikan disekolah dan pendidikan luar sekolah harus
saling sinergi saling melengkapi, agar tantangan besar di depan tentang kualitas sumber
daya manusia dapat dioptimalkan sesuai dengan sifat dan karakter manusia itu sendiri.
Ketidak mampuan memilih alternatif jalur pendidikan, dimungkinkan akan menemui
kesulitan di tengah-tengah penyelenggaraan pendidikan bahkan bisa saja orang semakin
sering berteriak mempersalahkan kepada pemerintah, pemerintah menjadi kambing
hitam, apalagi dengan semangat demokrasi nilai suara 1 orang pintar atau 1 orang yang
benar dan jujur akan kalah dengan 100 orang bodoh atau 100 orang jahat dan pembohong
jika harus diambil suara bahkan bisa saja pendapatnya atau pilihannya akan diikuti,
karena demokrasi kali ini baru dinilai dari jumlah suara, bukan dari kualitas suara itu,
karena 1orang pintar atau satu orang baik dan jujur dipersepsikan oleh seratus orang
bodoh sebagai orang jelek dan penghianat, karena dianggap tidak memihak pada
komunitasnya.
Lantas bagaimana dengan memilih jalur pendidikan, orang kini cenderung memilih satu
pilihan yaitu ke pendidikan formal pendidikan di sekolah, walaupun dirinya tidak tahu
prospek ke depan apakah dirinya akan mengembangkan ilmu, akan menjadi peneliti ilmu
atau akan menjadi praktisi tenaga ahli madia, dan tidak tahu bahwa dalam pendidikan
formal itu ada standard kompetensi yang harus diikuti dengan standard biaya relatif aga
mahal, bagi orang yang ekonominya aga lumayan mungkin tidak menjadi masalah tapi
bagi orang yang pas-pasan mungkin akan menjadi permasalahan besar.
Apabila orang yang pas-pasan atau orang yang dalam katagori kurang beruntung atau
orang miskin, memilih jalur pendidikan luar sekolah akan lebih pas karena standard
kompetensi dan sistem pembelajarannya disesuaikan, termasuk biaya penyelenggaraan
pendidikan sepenuhnya ditanggung pemerintah, namun lulusannya tetap diberikan
kesemapatan untuk berkembang, misalnya lulusan kejar paket A bisa melanjutkan ke
kejar paker B, lulusan kejar paket B bisa melanjutkan ke kejar paker C serta lulusan kejar
paket C bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
Pemahaman ini harus digelorakan oleh semua lapisan masyarakat, baik yang berada di
eksekutif maupun yang berada di legislatif ataupun yang ada di sektor swasta, sehingga
tidak akan terjadi jeritan melengking terhadap mahalnya biaya pendidikan karena pas
memilih alternatif, kalau dalam bahasa sunada kudu ngukur kakujur ngimbang ka
awak . Kalaulah semua warga masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya arti
pendidikan memilih semuanya ke jalur pendidikan persekolahan sudah bisa dipastikan
jeritan mahalnya biaya pendidikan akan terjadi.
Andaikata biaya pendidikan itu sudah terpenuhi sesuai dengan amanat UU dan semua
jenjang pendidikan itu gratis, namun bila dua jalur pendidikan itu tidak dipilih secaraa
cermat, tetap saja akan terjadi jeritan, karena ada faktor lain yang mungkin
berkembang,disebabkan starata kemampuan bangsa Indonesia sangat pariatif, bahkan
mengeluarkan dana untuk kemajuan pendidikan anak, tidak dijadikan prioritas utama jika
dibandikan dengan kebutuhan konsumtif lainnya.
Tatkala reporter berita kota berdialog dengan salah seorang wartawan senior mengenai
penomena biaya pendidikan, terdapat perbedaan pendapat, disatu sisi melihat bahwa
mahalnya pendidikan diakibatkan oleh ulah oknum pendidik, dilain pihak melihat bahwa
masyarakat kurang pandai memilih alternatif jalur pendidikan dan kurang memperhatikan
aspek pshikologis anak, karena semurah apapun biaya pendidikan ditekan, masih ada
faktor lain yang dianggap memberatkan jika salah memilih sekolah, atau salah memilih
jalur pendidikan.
Pada intinya untuk meringankan beban biaya pendidikan, jangan sampai memaksakan
kehendak untuk bisa masuk ke sekolah yang diperkirakan akan banyak membebani, tapi
sesuaikan dengan kondisi masing-masing. Sedangkan bagi yang betul-betul tidak mampu
ada mekanisme khusus yang bisa ditempuh agar bisa menikmati kesempatan belajar, baik
di jalur pendidikan formal maupun pendidikan luar sekolah. Janganlah memasukan anak
ke jalur pendidikan didasari oleh gengsi perasaan malu .
Suatu ilustrasi misalnya kekampuan memasukan anak hanya ke rumpun tertentu ya
masukan ke rumpun itu, seperti halnya ke RA, MD,MI,MTS,MA atau ke
TK,SD,SMP,SMA/SMK dan bisa juga dimasukan ke rumpun lain seperti halnya ke
TPA,TQA,Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Paket C atau bisa juga melalui TPA,MD,
Pesantren salafiah. Yang penting anak kita mengikuti pendidikan sesuai dengan alternatif
yang tersedia.
Harus diingat bahwa dimasyarakat itu ada yang berhasil melalui pendidikan formal, ada
yang berhasil melalui pendidikan luar sekolah dan ada pula yang melalui jalur pengem
bangan keagamaan, sehingga dalam penomena saat ini ada yang menjadi pemimpin
formal ada pula yang menjadi pemimpin informal. Ada pemimpin yang dibentuk dan ada
pula yang menjadi pemimpin dilahirkan, kesemuanya jika bersinergis akan menjadi
sesuatu aktor pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat demi kemajuan bangsa
Indonesia yang kita cintai.
Dengan demikian nilai ilmiah dan nilai alamiah satu sama lain harus saling mengisi dan
saling melengkapi, begitupun dalam rumpun pendidikan harus saling melengkapi agar
wajar dikdas 9 tahun yang sudah sukses dikota sukbumi akan diarahkan pada rintisan
wajar dikdas 12 tahun.
Intinya bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan kesempatan mengenyam pendidikan,
haruslah pandai-pandai memilih jalur pendidikan yang disesuaikan dengan
situasi,kondisi,ekonomi,geografi,seosiologi dari masing masing supaya tidak menjadi
beban keluarga.tapi justru dengan tepat memilih jalur pendidikan akan memberikan
manfaat bagi pengembangan dan kemajuan keluarga sejahtera.
Dilain pihak bagi penyelenggara pendidikan harus mampu mengarahkan warga
masyarakat memasuki jalur pendidikan yang relevan dan sesuai dengan kondisi
masyarakat itu sendiri. Filosofi orang sunda sing asak-asak ngejo bisi tutung
tambagana, sing asak-asak nenjo bisi kaduhung jagana hal ini bisa diterapkan dalam
memilih jalur pendidikan . (Info. BK.01)(Drs. H. A. Hamdan, M.M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar